Dialog Ayam dan Ular

Ayam: Dia adalah seekor ayam jantan yang berani dan cerdas. Dia tinggal di sebuah kampung di pinggiran hutan. Dia sering berinteraksi dengan manusia dan hewan lain. Dia peduli dengan nasib rakyat dan tidak suka dengan penguasa yang lama. Dia mendukung pemerintahan yang baru dan berharap ada perbaikan di negeri ini.

Ular: Dia adalah seekor ular piton yang besar dan licik. Dia tinggal di dalam hutan yang lebat dan gelap. Dia jarang berinteraksi dengan manusia dan hewan lain. Dia setia dengan penguasa yang lama dan tidak suka dengan pemerintahan yang baru. Dia merasa kehilangan keuntungan dan kekuasaan yang dulu dia miliki. Dia berharap ada kudeta di negeri ini.


Dialog
 
Ular: Hai, ayam. Apa kabar? Kamu kelihatan senang sekali. Apa yang membuatmu bahagia?

Ayam: Hai, ular. Aku baik-baik saja. Aku senang karena hidupku sekarang lebih baik daripada dulu. Aku bisa makan, minum, dan beristirahat dengan cukup. Aku tidak perlu takut lagi dengan ancaman dan kekerasan. Aku bisa bebas berpendapat dan berserikat. Aku bisa menikmati hak-hakku sebagai warga negara.

Ular: Oh, begitu. Aku kira kamu masih mengeluh dan mengkritik pemerintahan yang baru ini. Aku kira kamu masih merindukan penguasa yang lama, yang katanya lebih adil dan bijaksana.

Ayam: Tidak, ular. Aku tidak merindukan penguasa yang lama. Aku malah membenci dia. Dia adalah penguasa yang zalim dan korup. Dia memeras rakyat dengan pajak dan utang. Dia menindas rakyat dengan militer dan intelijen. Dia membungkam rakyat dengan sensor dan propaganda. Dia menghancurkan rakyat dengan konflik dan bencana.

Ular: Hmm, aku tidak setuju dengan pendapatmu, ayam. Aku rasa, penguasa yang lama adalah penguasa yang hebat dan visioner. Dia adalah penguasa yang membawa kemajuan dan kemakmuran. Dia adalah penguasa yang membela kedaulatan dan kehormatan. Dia adalah penguasa yang dicintai dan dihormati.

Ayam: Ah, itu hanya omong kosong, ular. Kamu hanya bilang begitu karena kamu adalah anak buahnya. Kamu adalah salah satu yang mendapat keuntungan dari penguasa yang lama. Kamu adalah salah satu yang menikmati fasilitas dan kekuasaan dari penguasa yang lama. Kamu adalah salah satu yang terlibat dalam skandal dan kejahatan dari penguasa yang lama.

Ular: Hei, jangan menuduhku sembarangan, ayam. Kamu tidak tahu apa-apa tentangku. Kamu hanya dengar dari isu dan gosip. Kamu hanya lihat dari media dan internet. Kamu hanya ikut-ikutan dengan opini dan demonstrasi. Kamu tidak punya bukti dan fakta.

Ayam: Justru kamu yang tidak tahu apa-apa, ular. Kamu hanya tutup mata dan telinga. Kamu hanya percaya pada omongan dan janji. Kamu hanya mengikuti perintah dan arahan. Kamu tidak punya hati dan nurani.

Ular: Sudahlah, ayam. Kita tidak akan pernah sepakat. Kita memiliki pandangan dan sikap yang berbeda. Kita hidup di dunia yang berbeda. Kita tidak perlu berdebat lagi. Kita tidak perlu berteman lagi.

Ayam: Ya, ular. Kita memang tidak pernah sepakat. Kita memang memiliki pandangan dan sikap yang berbeda. Kita memang hidup di dunia yang berbeda. Kita memang tidak perlu berdebat lagi. Kita memang tidak perlu berteman lagi.

Posting Komentar

0 Komentar

Edukasi Jakarta -
Edukasi Jakarta -
Edukasi Jakarta -